![]() |
Bekal traveling terakhir ke HK |
“Ndut, aku pengen ke luar negeri” sms kakak padaku malam itu.
Kutengok jam di dinding hotel
tempatku menginap, sudah hampir pukul 1 dini hari di Raja Ampat. Aku tersenyum
sendiri melihat smsnya. Tidak ada yang lucu, hanya saja kakakku ini tidak
pernah menaiki pesawat sebelumnya.
“ah, kapan-kapan aja. Aku juga lagi sibuk” jawabku.
“Ndut,kata temenku ada promo Air Asia. Ayok kita ke Singapura”
balasnya.
Aku terdiam, kemudian berfikir, tak
terasa otakku kembali ke masa-masa dulu. Masa di mana harapanku hanya satu.
Menjelajah indonesia dan menikmati keindahannya. Bagiku, bentuk cinta dan bakti
pada negaraku salah satunya yaitu mengenal benar keadaan bangsaku. Bagaimana
caranya? Ya tentu saja dengan mengunjunginya. Bagaimana keadaan daerah,
masyaraktnya, budaya atau tempat khas masing-masing daerah dan yang pasti
kulinernya.
Aku bergegas bangun dari
ranjangku, dan mulai membuka laptop. Aku mulai mengetik www.airasia.com , dan ku tekan “enter” pada keyboard dengan mantap. Dengan mengandalkan koneksi wi-fi hotel
yang tak begitu bersahabat, lambat namun pasti homepage AirAsia mulai terbuka
dan terpampang besar tulisan Rp 0,-
dengan tagline now everyone can fly.
“Ah, paling promo boong-boongan, ujung-ujungnya harus banyak bayar ini
bayar itu” dalam hatiku. Mulailah aku coba-coba memasukkan jadwal
penerbangan sesuai periode promo saat itu. Tempat asal kupilih Jakarta, Tujuan
kupilih Singapore, tanpa peduli bahwa posisiku saat ini di Papua. Kemudian
kuisi tanggal sesuai promo yang berlaku, tekan search dan ternyata pencarianku harus masuk waiting list. Agak kecewa memang, namun dengan setianya aku tetap
menunggu moment-moment menegangkan itu.
Sambil menunggu antrian, pikiranku
ternyata sudah dibawa terbang ke Singapura. Karena bagiku saat itu Singapura
adalah salah satu tujuan wisata yang “wah” dan aku pun mulai berandai-andai. Aku
sudah membayangkan photo di depan patung merlion, sudah berencana mengumbar di
facebook dengan status “alhamdulillah, landing di singapore” dengan location changi airport, dan sudah berencana
mengupload photo-photo di jalanan orchard road yang penuh lampu warna-warni walaupun
kusadari bahwa aku belum memiliki passport.
Tak terasa tiga jam berlalu dan
masih tetap berada di kursi tunggu. Apa memang semua manusia di Indonesia
sedang mengakses situs ini? Dan rasanya malam itu aku menyalahkan keadaan,
kenapa aku harus disini? Di Raja Ampat, Papua. Dengan listrik yang menyala
sesukanya, dan sinyal seadanya. Coba saja kalau saat ini aku di jakarta,
mungkin sejak tadi tiket AirAsia sudah ada.
“hei fan, kemana cita-citamu dulu? Yang ingin mengenal bangsamu?”
bisik hatiku. “ah, lupakan!” jawab
sisi hati yang lain. Dan taraaaa...akhirnya terbuka juga web air asia, berikut
harga sesuai dengan tanggal yang kuinginkan.
“Ya Allah, ini beneran segini harganya?” teriakku. Di layar laptop
tertulis CGK-SIN hanya Rp 99.000. Hampir setara dengan satu galon air mineral
di papua, atau sepertiga harga gas elpiji di papua. Tanpa pikir panjang ku oke kan saja semuanya. Kutengok kembali
jam dinding, tak terasa sudah hampir subuh. Aku berbaring sambil bergumam “Malam ini rasanya indah sekali”.
Pagi harinya langsung kutelepon
kakakku. “Jeng, ayo cepat bikin passpor.
Jalan-jalan ke luar negeri kita”. Kakakku seakan tak percaya, walaupun
setelahnya dia tertawa-tawa dan membuat rencana lain yang berbeda.
“Mumpung lagi murah, gimana kalau kita sekalian ke malaysia? Jadi dari
singapura, kita ke malaysia, baru pulang ke Indonesia. Kayak buku yang kamu
beli itu”. Oiya, jauh sebelum ku issued
tiket AirAsia, aku sudah pernah membeli buku tentang traveling ke Singapura
dan Malaysia. Bukan sengaja membeli, tapi karena saat itu ada diskon di sebuah
toko buku di Jayapura, akhirya aku membeli dua buku. Jalan-jalan ke Singapura
malysia dan jalan-jalan ke Hongkong dan Macau.
Setelah kupikir-pikir, asyik juga
sepertinya ide kakakku. Laksana seorang jin botol yang mengaulkan permintaan
penemunya, ku amini rencana kakakku itu. CGK-SIN-KUL-SRG. Tiket runtutan
perjalanan liburan perdana mancanegara kami sudah ditangan. Semua dengan
AirAsia. Dan yang membuat aku bahagia adalah harganya tak lebih mahal daripada
satu kali tiket beangkat ke Papua. Ah, Indonesia.
![]() |
perjalanan ke Kuala Lumpur |
Tiket beres, passpor beres, cuti
beres. Masalah selanjutnya adalah munculnya sekumpulan pertanyaan, nanti
bagaimana disana? Mau kemana? Tidur dimana? Bahasanya seperti apa? Kalau tersesat
gimana? Untung saja ada buku panduan yang kubeli itu. Rasanya Allah memang
sudah menyiapkan jalan buatku pergi ke luar negeri. Alhamdulillah ya Allah.
Akhirnya berangkatlah kami ke
singapura. Dan semua hal-hal yang kuinginginkan bisa benar-benar kulakukan.
Poto di Merlion, update status “lagi di singapore”, upload photo-photo di
orchard road, dan banyak hal lain lagi yang ternyata tak pernah kutemukan di
Indonesia. Dan bagaimana dengan semua ,pertanyaan sebelumnya? Ah, kun fayakun,
apa yang terjadi terjadilah. Semua sama, sama-sama bumi Allah.
Dan benar, layaknya narkoba,
jangan berani coba-coba nanti ketagihan. Kata-kata ini pun berlaku untuk air
asia. Setelah pengalaman pertama ke Singapore dan Kuala Lumpur, tak pernah aku
ketinggalan mengikuti promonya. Walaupun posisiku saat itu masih di Papua, aku
tetap bisa pergi ke Hongkong dan Macau dua kali. Menyusuri Singapore dan Kuala
Lumpur lagi berkali-kali. Pernah juga membeli tiket terbang perdana
Makassar-Manado walaupun akhirnya tak terpakai. Bolak-balik jogja Bali dan
semoga bisa mencoba Air Asia X dengan rute yang lebih panjang.
Aku bersyukur, ternyata terbang
bersama Air Asia membuka wawasan baru. Dimulai dari hal sepele seperti cetak boarding pass sendiri, kru pesawat dari
berbagai etnis dalam satu pesawat dengan senyum ramah, menu makanan pesawat
yang paling lezat selama ini (tiba-tiba ingat nasi lemak), serta bandara yang
mempertemukanku dengan orang-orang dengan jiwa yang sama.
Beberapa hal baik yang bisa
kuambil dari perjalanan ini adalah, aku telah menginvestasikan hal berharga
dalam hidupku, bukan rumah, tanah, saham atau emas. Tapi pengalaman. Pengalaman
yang kudapat dari berkunjung ke negeri orang. Air Asia mengubah hidupku,
mengubah cara berfikirku. Karena aku tak bisa menilai Indahnya negeriku, jika
aku tak punya perbandingan. Dan Air Asia telah benar-benar membuatku bangga,
bahwa Negeriku jauh lebih indah dari negeri lain yang telah kukunjungi.
Terimakasih Air Asia.
*cerita ini dibuat sembari
mencari tiket promo tahun depan J.
I’m
addicted!!
![]() |
Bertemu sahabat baru di HK |
![]() |
iya, kami di Macau :) |
![]() |
Ga keren kalo belom poto disini :) |
Bikin semangat jalan2 mas..
BalasHapus