Sabtu, 29 November 2014

Cerita Tentang Kopi



Bapak saya tak pernah absen dari secangkir kopi di setiap pagi hari. Katanya, ada semangat yang hilang jika di pagi hari tak ada kopi yang terhidang. Namun kebiasaan “ngopi”  bapak  tidak menurun ke anak-anaknya. Jangankan kopi, teh yang konon katanya lebih sehat pun tak kami tenggak. Mungkin karena kebiasaan saat kecil dulu ibu selalu melarang anaknya minum kopi dengan alasan “kamu masih kecil, gak boleh minum kopi ” jadi saat itu saya selalu menganggap  kopi ini adalah minuman khusus orang dewasa yang membutuhkan surat ijin agar kita bisa menikmatinya.

Kopi pagi tadi :)
Waktu bergulir, entah siapa yang memulai, sepertinya menikmati kopi sudah menjadi tradisi. Kopi yang dulu hanya tersaji dalam bentuk hitam, kental dan pekat mulai berubah menjadi beraneka warna, bervarian rasa dan berpenampilan menggoda. Namun tetap kopi namanya. Saya pun yang dulu bukan penggemar kopi, lirih-lirih mulai tergoda dengan aromanya. Yap, aroma kopi memang menggoda, betul juga kalau dulu ada sebuah iklan di televisi menayangkan seorang istri yang membangunkan suaminya dengan segelas kopi di tangannya. Karena ternyata memang aroma kopi mampu membuat mata yang terpejam menjadi terbuka.

Nah, berbicara soal mata yang terbuka, sebagian besar orang menggunakan kopi sebagai “obat” agar dirinya tetap terjaga di malam hari. Alih-alih minum kopi, apalagi kopi hitam kental agar mata tetap setia sembari lembur mengerjakan deadline tugas atau sebagai penyokong agar tak tertidur saat nonton bola. Namun efek kopi yang seperti itu tak pernah saya rasakan, mau seberapa banyak pun minum kopi, kalau memang mata sudah tak bisa diajak kompromi tetap saja saya tidur seperti biasa. Saat itu saya berfikir apa mungkin efek kopi itu hanya sugesti?

Sampai akhirnya saya berkesempatan mengunjungi Aceh. Ujung barat sumatera ini memang sudah terkenal dengan kopinya. Di setiap sudut kota manapun bisa saya dapati dengan mudah warung-warung yang menyajikan kopi khas aceh. Dan uniknya, hampir semua warung kopi tersebut ramai pengunjungnya. Tua muda, laki-laki wanita, tua atau paruh baya semuanya ada. Mantan pacar kakak saya yang kebetulan orang aceh mengatakan bahwa “ngopi” ini sudah menjadi tradisi. Hampir setiap pagi dia awali di warung sambil menikmati secangkir kopi bersama kue-kue tradisional. Malam pun dia akhiri dengan duduk bersama teman-temannya sambil berbincang berbagai topik yang tak terencana dan tentunya dengan kopi sebagai perekatnya. Kata dia, kopi itu tak hanya sebagai minuman, tapi juga sebagai penyokong kehidupan dan juga sebagai perekat dalam berkawan.





Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Tulisan Pendek Cerita #DiBalikSecangkirKopi yang diadakan oleh NESCAFE Indonesia

twitter : @ahmadrifann
facebook :Ahmad Rifan

Sabtu, 30 Agustus 2014

Air Asia seperti Narkoba







Bekal traveling terakhir ke HK
“Ndut, aku pengen ke luar negeri” sms kakak padaku malam itu. 

Kutengok jam di dinding hotel tempatku menginap, sudah hampir pukul 1 dini hari di Raja Ampat. Aku tersenyum sendiri melihat smsnya. Tidak ada yang lucu, hanya saja kakakku ini tidak pernah menaiki pesawat sebelumnya.
“ah, kapan-kapan aja. Aku juga lagi sibuk” jawabku.

“Ndut,kata temenku ada promo Air Asia. Ayok kita ke Singapura” balasnya.

Aku terdiam, kemudian berfikir, tak terasa otakku kembali ke masa-masa dulu. Masa di mana harapanku hanya satu. Menjelajah indonesia dan menikmati keindahannya. Bagiku, bentuk cinta dan bakti pada negaraku salah satunya yaitu mengenal benar keadaan bangsaku. Bagaimana caranya? Ya tentu saja dengan mengunjunginya. Bagaimana keadaan daerah, masyaraktnya, budaya atau tempat khas masing-masing daerah dan yang pasti kulinernya.

Aku bergegas bangun dari ranjangku, dan mulai membuka laptop. Aku mulai mengetik www.airasia.com , dan ku tekan “enter” pada keyboard dengan mantap. Dengan mengandalkan koneksi wi-fi hotel yang tak begitu bersahabat, lambat namun pasti homepage AirAsia mulai terbuka dan  terpampang besar tulisan Rp 0,- dengan tagline now everyone can fly.

“Ah, paling promo boong-boongan, ujung-ujungnya harus banyak bayar ini bayar itu” dalam hatiku. Mulailah aku coba-coba memasukkan jadwal penerbangan sesuai periode promo saat itu. Tempat asal kupilih Jakarta, Tujuan kupilih Singapore, tanpa peduli bahwa posisiku saat ini di Papua. Kemudian kuisi tanggal sesuai promo yang berlaku, tekan search dan ternyata pencarianku harus masuk waiting list. Agak kecewa memang, namun dengan setianya aku tetap menunggu moment-moment menegangkan itu. 

Sambil menunggu antrian, pikiranku ternyata sudah dibawa terbang ke Singapura. Karena bagiku saat itu Singapura adalah salah satu tujuan wisata yang “wah” dan aku pun mulai berandai-andai. Aku sudah membayangkan photo di depan patung merlion, sudah berencana mengumbar di facebook dengan status “alhamdulillah, landing di singapore” dengan location changi airport, dan sudah berencana mengupload photo-photo di jalanan orchard road yang penuh lampu warna-warni walaupun kusadari bahwa aku belum memiliki passport.

Tak terasa tiga jam berlalu dan masih tetap berada di kursi tunggu. Apa memang semua manusia di Indonesia sedang mengakses situs ini? Dan rasanya malam itu aku menyalahkan keadaan, kenapa aku harus disini? Di Raja Ampat, Papua. Dengan listrik yang menyala sesukanya, dan sinyal seadanya. Coba saja kalau saat ini aku di jakarta, mungkin sejak tadi tiket AirAsia sudah ada.

“hei fan, kemana cita-citamu dulu? Yang ingin mengenal bangsamu?” bisik hatiku. “ah, lupakan!” jawab sisi hati yang lain. Dan taraaaa...akhirnya terbuka juga web air asia, berikut harga sesuai dengan tanggal yang kuinginkan. 

“Ya Allah, ini beneran segini harganya?” teriakku. Di layar laptop tertulis CGK-SIN hanya Rp 99.000. Hampir setara dengan satu galon air mineral di papua, atau sepertiga harga gas elpiji di papua. Tanpa pikir panjang ku oke kan saja semuanya. Kutengok kembali jam dinding, tak terasa sudah hampir subuh. Aku berbaring sambil bergumam “Malam ini rasanya indah sekali”.
Pagi harinya langsung kutelepon kakakku. “Jeng, ayo cepat bikin passpor. Jalan-jalan ke luar negeri kita”. Kakakku seakan tak percaya, walaupun setelahnya dia tertawa-tawa dan membuat rencana lain yang berbeda.

“Mumpung lagi murah, gimana kalau kita sekalian ke malaysia? Jadi dari singapura, kita ke malaysia, baru pulang ke Indonesia. Kayak buku yang kamu beli itu”. Oiya, jauh sebelum ku issued tiket AirAsia, aku sudah pernah membeli buku tentang traveling ke Singapura dan Malaysia. Bukan sengaja membeli, tapi karena saat itu ada diskon di sebuah toko buku di Jayapura, akhirya aku membeli dua buku. Jalan-jalan ke Singapura malysia dan jalan-jalan ke Hongkong dan Macau.
Setelah kupikir-pikir, asyik juga sepertinya ide kakakku. Laksana seorang jin botol yang mengaulkan permintaan penemunya, ku amini rencana kakakku itu. CGK-SIN-KUL-SRG. Tiket runtutan perjalanan liburan perdana mancanegara kami sudah ditangan. Semua dengan AirAsia. Dan yang membuat aku bahagia adalah harganya tak lebih mahal daripada satu kali tiket beangkat ke Papua. Ah, Indonesia.

perjalanan ke Kuala Lumpur
Tiket beres, passpor beres, cuti beres. Masalah selanjutnya adalah munculnya sekumpulan pertanyaan, nanti bagaimana disana? Mau kemana? Tidur dimana? Bahasanya seperti apa? Kalau tersesat gimana? Untung saja ada buku panduan yang kubeli itu. Rasanya Allah memang sudah menyiapkan jalan buatku pergi ke luar negeri. Alhamdulillah ya Allah.

Akhirnya berangkatlah kami ke singapura. Dan semua hal-hal yang kuinginginkan bisa benar-benar kulakukan. Poto di Merlion, update status “lagi di singapore”, upload photo-photo di orchard road, dan banyak hal lain lagi yang ternyata tak pernah kutemukan di Indonesia. Dan bagaimana dengan semua ,pertanyaan sebelumnya? Ah, kun fayakun, apa yang terjadi terjadilah. Semua sama, sama-sama bumi Allah.

Dan benar, layaknya narkoba, jangan berani coba-coba nanti ketagihan. Kata-kata ini pun berlaku untuk air asia. Setelah pengalaman pertama ke Singapore dan Kuala Lumpur, tak pernah aku ketinggalan mengikuti promonya. Walaupun posisiku saat itu masih di Papua, aku tetap bisa pergi ke Hongkong dan Macau dua kali. Menyusuri Singapore dan Kuala Lumpur lagi berkali-kali. Pernah juga membeli tiket terbang perdana Makassar-Manado walaupun akhirnya tak terpakai. Bolak-balik jogja Bali dan semoga bisa mencoba Air Asia X dengan rute yang lebih panjang.

Aku bersyukur, ternyata terbang bersama Air Asia membuka wawasan baru. Dimulai dari hal sepele seperti cetak boarding pass sendiri, kru pesawat dari berbagai etnis dalam satu pesawat dengan senyum ramah, menu makanan pesawat yang paling lezat selama ini (tiba-tiba ingat nasi lemak), serta bandara yang mempertemukanku dengan orang-orang dengan jiwa yang sama.

Beberapa hal baik yang bisa kuambil dari perjalanan ini adalah, aku telah menginvestasikan hal berharga dalam hidupku, bukan rumah, tanah, saham atau emas. Tapi pengalaman. Pengalaman yang kudapat dari berkunjung ke negeri orang. Air Asia mengubah hidupku, mengubah cara berfikirku. Karena aku tak bisa menilai Indahnya negeriku, jika aku tak punya perbandingan. Dan Air Asia telah benar-benar membuatku bangga, bahwa Negeriku jauh lebih indah dari negeri lain yang telah kukunjungi. Terimakasih Air Asia. 


*cerita ini dibuat sembari mencari tiket promo tahun depan J. I’m addicted!! 
Bertemu sahabat baru di HK
iya, kami di Macau :)
Ga keren kalo belom poto disini :)



Kamis, 15 Mei 2014

Tersesat di Maybrat

"Entah kesalahan apa yang kuperbuat di kehidupan masa laluku sampai aku harus ditugaskan di tempat ini" gumamku.

Sebenarnya tempat ini sudah tak asing lagi bagiku. Dua kali sudah kukunjungi tempat ini, sekali saat tugas perdana di papua barat tahun 2010, kedua sekitar 5 bulan lalu. Dan ini kali ketiga aku harus berada disini, Juli 2013.

Maybrat. Sebuah kabupaten baru yang masih berusia sekitar 4 tahunan. Kabupaten dengan tingkat intensitas lalu lalang mobil yang sangat jarang, dan sebuah masjid hanya seukuran kamar hotel saja. Iya, hanya ada satu masjid di kabupaten ini. Tak ada yang kunikmati saat kunjungan2ku sebelumnya. Kunjungan pertama berhasil kulalui dengan mabok darat sebanyak tujuh kali karena medan yang garang, tidur di gubug, dan mandi di sungai. Kunjungan keduanya, kulalui dalam keadaan listrik yang tak pernah menyala, sinyal yang tak pernah ada, dan warung yang hanya jual mie instan saja. Tapi setelah ketiga kalinya ini, aku merasa sangat beruntung sudah pernah menginjakkan kaki di tempat ini. Sungguh. Dengan segala jenis kekurangan dan keterpurukannya, berjuta keindahan dan keramahan bisa kunikmati.

Maybrat terletak di provinsi papua barat. Kalau dilihat di peta letaknya berada pada kepala burung. Maybrat dapat ditempuh dari sorong menggunakan taxi. Eits, jangan samakan taxi di sorong dengan taxi di kota kalian. Masyarakat sorong dan sekitarnya menyebut taxi berupa mobil-mobil "bersese" besar atau double garda. Misalkan saja toyota hilux, fortuner, strada, pajero dan mobil lain dengan tipe yang serupa. Dari kota sorong dapat ditempuh selama 3-4 jam (jika lancar) dengan suguhan pemandangan bukit-bukit dan hutan-hutan khas papua. Terahir saya ke sini kondisi jalan sudah cukup baik, tidak seperti saat saya pertama kali datang. Eits, tapi bagus di papua itu bukan halus seperti di jawa ya. Jadi jangan berharap berlebih di papua.hehehehe

jalan utama di ayamaru

Danau uter, paliiiiiiing indah

sisi lain uter

Hotel "terbaik" di ayamaru versi saya.. :D
Maybrat sebenarnya beribukota di Kumurkek, tapi karena ada perselisihan saat pilkada, maka pusat pemerintahan berpindah di Ayamaru.Jadi, saya putuskan untuk menginap di Ayamaru saja. Karena penginapan hanya ada disini, begitu juga warung makan. Eh, ada yang perlu anda tahu ya, di Maybrat ini sampai dengan tanggal 15 Maret 2012 belom ada signal telepon. So, secanggih apapun ponsel anda, terupdate apapun softwarenya, gak akan berguna disini. Dan satu hal, listrik menyala mulai pukul 19.00 s/d 23.00. Kadang seharianpun listrik tidak menyala. So... kita kembali ke 50 tahun yang lalu. :D

Ayamaru. Denger nama ini berasa di Jepang bagian manaaaa gitu ya. Padahal ini ada di papua barat.hehe
Ayamaru merupakan bahasa asli maybrat. Aya= air, Maru = Danau. Jadi, sesuai namanya di Ayamaru ini terdapat sebuah danau yang luas, yang merupakan salah satu sumber kehidupan masyarakat. Kampung-kampung dan distrik pun berada di sekitar danau ini. Tapi sayang danau ayamaru ini terlihat surut, kurang tau juga apa sebabnya.. tapi indahnya tetep saja mempesona.

Selain danau ayamaru, di kabupaten baru ini masih banyak terdapat danau-danau lain yang menawan dengan ciri khas air yang sangat jernih. Iya, danau di maybrat ini semua jernih. Salah satunya adalah danau uter. Dasar danau dapat anda lihat dengan mata terbuka, mungkin karena kejernihannya ini hampir tiap hari anak-anak papua tak pernah bosan berenang disini. Jernihnyaa air, tenangnya suasana, dan  segarnya udara merupakan perpaduan yang sempurna untuk menikwatinya.

Semoga saya bisa datang kemari lagi, untuk menikmati negri tercintaku ini.
papua.. paling indah pu alam.





Selasa, 06 November 2012

Kaimana... (part 2)


Hari ini sudah genap 10 hari aku berada di Kaimana. Dan hari ini pula aku berkesempatan mengunjungi salah satu distrik yang ada disini. Distrik Etna Namanya. Oiya, sekedar info, kalau diwilayah papua ini biasanya kabupaten dibagi menjadi beberapa distrik atau daerah wilayah, atau semacam kecamatan kalau di jawa.

Distrik Etna terdiri dari beberapa kampung dan beribukota di Kiruru. Perjalanan ke Kiruru dapat ditempuh selama kurang lebih 4-5 jam dari Kaimana menggunakan speedboat dengan 2 mesin 40PK. Saya beruntung dapat menggunakan speed, biasanya penduduk lokal menggunakan longboat  selama minimal 6jam, atau kapal perintis semalaman. Itupun kalau cuaca bagus ya, kalau cuaca buruk yahhhh ntahlah.hehehe

Jetty di Kiruru
Kiruru
Kami tiba di Kiruru pukul 10.00 WIT, ternyata Kiruru berada di ujung teluk dan dikelilingi pegunungan. Sama seperti distrik2 tepi laut, kami disambut dengan pemandangan jetty (tempat berlabuh kapal) yang cukup panjang. Tapi saat itu air sedang surut, jadi agak susah untuk menaikinya, apalagi dengan beban dosa lemak seperti saya. butuh tenaga ekstra sodara-sodara..hahahaha

Saya cuma bisa bersyukur saat melihat kampung ini, sunyi,sepi,senyap! tak terlihat seseorang pun. Biasanya, saat saya berkunjung ke distrik2, saat perahu merapat pasti sudah ada sekumpulan orang mendatangi kami, atau paling tidak sekumpulan anak2 kecil berebut melihat kami. (sok artis) :D tapi ini?? hanya terpaan angin di wajah yang menyambut. tsailaaaaahhh


SD di Kiruru
Kami mendatangi sebuah sekolah SD, barulah nampak sebuah kehidupan. Beberapa guru terlihat sedang asik ngobrol (mungkin ngerumpi masalah fabregas merebut istri orang #abaikan) dan sekelompok murid sedang beristirahat sambil maen mbat-mbatan.( bahasa semarang : sejenis permaenan lempar bola, si A melempar si B, maka si B yang kalah dan harus melempar bola sampai mengenai yang lainnya).

Saya sedikit berbincang dengan orang sekitar, ternyata kalau anda ke tempat ini pada sore hari, anda bisa membeli bijih emas dengan harga murah. Mereka menjual per gram hanya Rp300.000,00. Yah, tapi apa lacur, saya datang saat pagi hari. Beberapa penduduk menambang emas di gunung, berangkat pagi hari dan pulang sore hari, lalu mereka jual ke pengepul.

Kiruru ini saya bilang kurang maju sebagai ibukota distrik. Listrik hanya menyala 4 jam, jalan yang sempit, dan masyarakat yang sedikit. Tapi, saya sempat takjub, ternyata disini berdiri sebauh masjid yang besar. Subhanallah,,, ya mungkin sama dengan kaimana, mayoritas penduduk disini beragama muslim. Dan baru kali ini kami tidak kesulitan mengerjakan shalat. Hah? shalat apaan jam 10??hehehehe

Btw, keren ya masih ada anak SD maen mbat-mbatan? saya terakhir maen yah tahun 1996, 16 tahun yang lalu. Di kota besar di jawa, sudah nggak ada lagi anak-anak yang mau bermain itu. Mereka lebih suka menunyuk-nunyuk ipad maen angry bird, atau paling dikit ya ke rental maen PS. hmm bisa gak saya simpulkan bahwa papua ini sama seperti jawa 16 tahun yang lalu?? sepertinya belum.

Avona
Avona Mina Lestari Pintu distrik Avona
Setelah dari Kiruru kami menuju kampung selanjutnya, Avona. Wuih, namanya keren ya, cantek. Oiya, nama-nama distrik di Papua ini asing-asing lho, mungkin karena saya orang asing ya, jadi brasa aneh.
okey lanjot!
Avona ini masih masuk ke dalam wilayah distrik Etna. Namun, saya sangat aneh dan bingung pertama kali speed merapat. Lah, mana jettynya?? mana pantainya? pertanyaan saya.

Kami merapat ke sebuah benda, yang mengapung2 di laut, ntah apa namanya, saya kurang tau, lalu kami naek ke talud. Tapi yang membuat saya bingung lagi adalah, mana kampungnya? Saya tidak melihat sebuah kampung. Berbeda dengan Kiruru tadi, saya tidak melihat manusia, tapi disini, saya tidak melihat perkampungan. Yang saya lihat hanya sebuah pabrik tua dengan keadaan bangunan sangat mirip dengan kota tua di Semarang.
Saya bertanya dengan salah satu kawan saya, ternyata bangunan ini adalah Pabrik Ikan. Pabrik ikan?? emang Pabrik bisa buat ikan?? Kan ikan ciptaan Allah. Haisssssshhhh
 Jadi perusahaan ini menangkap ikan di lautan, di sortir, di bersihkan, dikemas, dan di ekspor. Yak, diekspor sebagian besar ke cina dan jepang. Dan yang membuat saya agak miris adalah pemiliknya adalah orang asing.hmmmm ckckckck

Akhirya kami menyusuri pabrik itu, melewati beberapa gudangnya, ada galangan kapalnya juga, dan akhirnya kami menemukan pemukiman. Yak, sebuah komplek perumahan, inilah Kampung Avona. Kami memasuki kampung itu dan wow!! Rame! Lebih rame daripada ibukotanya, Kiruru. Disini ada pasar, ada beberapa tempat makan, dan ada Bank Papua. Eh, ada wartel juga, jadi bisa menghubungi keluarga kalau kangen melanda,huhuhu

Masjid di Avona
Saya sempatkan diri untuk Shalat Dhuhur, dan ternyata masjidnya Keren. Airnya segar. Dan Panasnya naudzubillah. Hahahaha Setelah shalat, kami lanjutkan ke sebuah SD, memprihatinkan. Sekolah ini hanya memiliki 3 ruang kelas untuk kegiatannya, akhirnya rumah guru didekat situ dibedah menjadi ruang kelas baru, tapi tetap saja menurut saya tak layak.Padahal nih, Pemkab Kaimana telah membangun Ruang Kelas Baru yang sanagat bagus, tapi (katanya) kuncinya belum diberikan kepada pihak sekolah, dengan alasan, bangunan belum diresmikan. huft
bangunan SD Avona

Saat ditempat itu, ada sekelompok anak sedang bermain-main, dan tiba2 ada seorang anak berteriak "om,, saya di photo dong om". Akhirnya saya amini permintaan mereka. Ya Allah, mereka seneng banget di photo. Bukan Karena Narsis seperti saya, tapi lebih karena mereka gak pernah di abadikan dalam kamera. hehehehe
Akhirnya saya poto mereka berkali-kali, dengan minta macam2, "om saya salto di poto ya, om saya jalan pake tangan di poto ya, om saya dipoto sendirian ya" tapi dari semua permintaan gak ada yang bilang "om, saya poto sama om dong" plis dehhhh pan,, sapa elu.hehehee
Kemudian saya sempat berbincang-bincang dengan bu guru yang saat itu sedang stand by menunggu anak-anak yang akan latihan upacara. Dari hasil kepo saya, terkuak sebuah cerita. Dulu, kampung ini gak ada, tapi setelah Pabrik ikan ini berdiri, barulah tercipta kampung. Oiya Pabrik ini bernama PT. Avona Mina Lestari, silakan di search.
Karena pabrik ini mempekerjakan banyak pegawai, akhirnya beberapa pegawai membawa istrinya, dan tumbuh beranak pinak disini. Jumlah siswa disini 250 orang lebih. Tapi, yang miris adalah, pemerintah tidak meneyediakan apapun saat itu. Rumah-rumah yang masyarakat tinggali adalah "buatan" perusahaan. bahkan sekolah pun awalnya perusahaan yang mambangun. Pun listrik di daerah itu, perusahaan mempunyai mesin diesel dan berhasil memenuhi kebutuhan listrik kampung.
Lalu apa urun pemerintah?? Disini hanya ada SD, jadi setelah lulus, anak-anak ini akan pergi meningalkan kampungnya. Sendiri. Mungkin ke Kaimana, atau mungkin ke Manokwari atau Sorong. Kalau toh mereka tidak sekolah, mungkin akan mengikuti ayah mereka pergi berlayar ke laut, dan bukan unutk bangsa sendiri, tapi untuk asing.

Benderaku masih tegak berdiri disini

Sedih..
Pemerintah pusat tak pernah memperhatikan keadaan anak-anak seperti ini. Negara Indonesia bukan hanya Jakarta atau Jawa Pak! Masih ada Kiruru, Avona dan distri tertinggal lainnya. Semoga semua masyarakat ini tak mendoakan keburukan untuk anda.



Kamis, 01 November 2012

Suatu Senja Di Kaimana (part 1)

"Kan ku Ingat Selalu
Kan Kukenang Selalu
Senja Indah
Senja Di Kaimana

Seiring Surya
Meredupkan Sinar
Dikau Datang
Ke Hati Berdebar"

Tiba-tiba saja terdengar lagu itu mengalun di dalam mobil yang kami tumpangi.  Agak mendayu-dayu dan membuat kita sedikit berangan-angan, tentang.... ah, ntahlah...


Kaimana...


Yak, saat ini saya mendapatkan tugas, dipercayakan oleh institusi saya untuk bertugas di kabupaten ini selama 30 hari lamanya. Kaimana merupakan salah satu kabupaten di Papua Barat. Dari kabupaten yang telah saya singgahi, menurut saya, Kaimana merupakan Kabupaten yang bersih, agak teratur, dan lebih indah. Letaknya yang berada di teluk, membuat mata saya disuguhi pemandangan air laut yang indah.

Siang itu saya berangkat dari Bandara Rendani Manokwari pukul 13.00WIT dan sampai di Bandara Utarom Kaimana pada pukul 13.55 WIT. Sedikit deg-degan sih, gara-gara pesawat merpati yang dulu jatuh di sekitar Bandara. Tapi alhamdulillah lancar-lancar saja.


Senja di Kaimana..

senja yang baru saya jumpai
Belum ke Kaimana namanya kalau belum melihat senja, katanya sih begitu. Tapi asal anda semua tau, sangat susah untuk mendapatkan senja disini. Dari photo-photo kawan yang pernah datang kesini, hanya beberapa orang saja yang berhasil "mendapatkan" senja yang sempurna. Hah? apaan tuh senja yang sempurna? kan kesempurnaan hanya milik Allah *plak!

Senja yang sempurna itu dimana matahari saat itu tenggelam dan langit sekitar berwarna merah, merah banget, sangat merah, merah membara, abang njingglang, pokoknya semua langit berubah warna menjadi merah. Dan katanya (lagi) saat itu seluruh kota berwarna merah. Waw... bayangkanlah....
Dan saat ini saya melaporkan, sudah 10 hari disini saya belum mendapatkannya. huft

(bersambung)

Jumat, 28 September 2012

Manokwari

Manokwari...

Manokwari dari atas bukit
Tak terasa sudah lebih dari dua tahun aku mengadu nasib dan menghembuskan nafasku di negeri timur ini. Bukan dengan mudah begitu saja, tapi dengan perjuangan yang cukup melelahkan. Kupertaruhkan pendidikan, kebersamaan, sebuah hubungan, dan yang pasti kenyamanan.

Manokwari,,, kota kecil di pesisir pantai di uatara papua. Ibukota papua barat yang ternyata tidak semenyeramkan pikiran awalku. Orang Hitam keriting tak berbaju, adegan panah memanah di jalan, atau bahkan berjalan berkilo2 untuk mendapat makan seperti yang kubayangkan tidak ada sama sekali.

Kota ini nyaman, hanya saja sedikit jauh dari peradaban,,hehe
okey,,, yuk kita bahas...

  • Bagaimana menuju ke Manokwari
well,, sudah ada beberapa penerbangan yang melayani penerbangan ke Manokwari. Batavia air, Sriwijaya air, Lion air, dan Ekspress air bisa menjadi pilihan anda. Sekedar informasi, untuk penerbangan Batavia air dan Sriwijaya air berangkat sekitar pukul 23.00 WIB dari jakarta. Dengan transit melalui Makssar dan Sorong. Untuk Harga tiket, jika anda beruntung anda bisa dapat harga paling murah Rp 1.500.000,00. Bandara Udara Manokwari bernama Rendani, dan menurut saya lebih mirip kantor kelurahan. Bangunan seadanya, dan yang mebuat saya kaget adalah tempat pengambilan bagasinya yang manual. Manual disini yaitu, ketika barang sudah diturunkan dari pesawat,langsung dibawa ke ruang pengambilan bagasi, dan ada beberapa petugas bandara yang akan memanggil satu-persatu sesuai nama di bagasi anda.
  • Bagaimana cara ke kota dari bandara
Pelangi di atas bandara Rendani
Mengingat kota Manokwari yang tidak begitu  luas, maka bandara pun tidak jauh berada dari pusat kota. Anda dapat memanfaatkan jasa ojek atau taxi untuk menuju kota. Dari tempat pengambilan bagasi anda bisa berjalan keluar sedikit menuju ke jalan besar, dan dapatkan bapak-bapak berhelm Kuning. Pokoknya, jika anda melihat orang berhelm kuning dengan cap nomor di belakang helm-nya berarti dia adalah tukang ojek . Untuk taxi, jangan dibayangkan taxi seperti di kota-kota besar. Mobil sedan, berargo, dengan tulisan taxi di atasnya. Anda salah besar!! Taxi di Manokwari yaitu mobil-mobil biasa seperti avanza, xenia, atau inova yang disewakan. Untuk Ojek, biasanya mereka mematok harga Rp15.000,oo untuk membawa anda ke kota. Sedangkan bagi anda yang membawa banyak barang bawaan anda bisa mengeluarkan Rp100.000,00 untuk menyewa taxi.
  • Akomodasi di Manokwari
Di manokwari,mau nginep dimana??? emang ada hotel??? ada penginapan yang bagus?? eitsss... Tenang aja, manokwari tidak "seburuk" yang anda bayangkan. Sudah ada banyak hotel di kota ini. Mulai dari hotel dengan harga Rp200.000,00/malam sampai Rp900.000,00/malam ada lho. Tinggal sesuaikan dengan budget anda saja.

Pantai sidey
Untuk makanan? katanya susah ya cari makanan halal disana?? jawabannya"enggak!!!" memang sih, mayoritas penduduk manokwari beragama Kristen, tapi umat muslim juga banyak disini. Justru, kebanyakan pemilik warung makan atau restoran adalah orang-orang jawa atau makasar, jadi gak perlu waswas. Untuk harga, dibandingkan di jawa jauh sih. Kita ambil contoh Tempe penyet. Untuk harga menu Nasi + Telur+ Tempe+lalapan + teh disemarang sekitar Rp8.000,00tapi di manokwari siapkan uang Rp15.000-Rp20,000,00 untuk menu seperti itu. Kalau gak mau pusing makan aja KFC. Ada KFC kok di manokwari, tapi tetep lah beda harga. Untuk minuman walaupun ditiap warung menyediakan free water, saran saya lebih baik minum air mineral kemasan saja. Karena konon katanya, air di kota ini berkadar kapur yang tinggi. Tapi kalo emang mau hemat banget ya udah la...hehehehe
Untuk Bank, saat ini sudah banyak terdapat Bank disini. Mandiri, BNI, BRI, Danamon, Mega, Muamalat, BTN. Semua sudah tersedia di manokwari, tapi jangan coba-coba bayar pakai kartu ya, karena hanya sedikit toko yang melayani pemakaian kartu kredit atau debit disini. Mereka semua lebih suka fresh money.
  • Apa aja yang perlu disiapkan
Manokwari di Malam Hari :)
Perlu suntik malaria gak sih kalau ke manokwari?? disana kan daerah endemik Malaria. Jawabannya"tidak perlu". Sejauh saya berada di kota ini, tidak ada satupun kawan yang suntik malaria dari jawa, yah walaupun hampir semua sudah kena malaria di kota ini.hehehe tapi untuk kunjungan singkat hal preventif seperti itu tidak perlu dilakukan. So, bawa barang bawaan anda seperti biasa saja kalau mau ke manokwari. Lain halnya jika anda ditugaskan ke kota ini. Seperti saya. Anda perlu membawa persediaan baju yang lumayan banyak lah, karena apa?? karena harga baju disini mahal!!! trus apalagi ya??uhmm... itu aja lah.

Jadi, bagaimana?? sudah siap jalan ke Manokwari???




Rabu, 07 Desember 2011

Selamat datang..

Assalamu 'alaikum..

Kata orang dengan menulis kadang apa yang tidak dapat diucapkan akan mampu disampaikan kepada orang lain. Oleh karena itu, saya mencoba untuk mengungkapkan hal-hal yang tak mampu diucapkan oleh lisan agar semua tau bahwa sebenarnya hati pun mampu berbicara.